Jalaluddin Rumi mengajarkan kita makna derita dalam kehidupan. Banyak macam derita yang kita alami. Ada derita yang menghempaskan kita ke dasar bumi. Ada derita yang membawa kita ke langit, mengangkat kita ke alam malakut. Kebanyakan kita tenggelam dalam derita pertama. Kita menderita karena orang ataupun kejadian tidak terjadi SEPERTI YANG KITA KEHENDAKI. Kita marah karena jalan macet, komputer error, butuh diantar tapi tidak ada yang mengantar. Kita jengkel karena teman kita tidak membantu, sahabat kita tidak setia, orang yang kita percayai berkhianat, orang yang kita andalkan tidak memenuhi permintaan kita.
Derita seperti ini tidak pernah memberikan waktu istirahat untuk jiwa kita. Kita disibukkan terus menerus untuk mengatasinya. Tenaga kita terkuras habis, tubuh kita penuh peluh, pakaian kita kotor, tetapi kita tidak punya waktu membersihkan diri. Kita menjadi BUDAK-BUDAK YANG TIDAK BERDAYA DARI KEINGINAN-KEINGINAN KITA. Kita tidak menemui jalan keluar dari penderitaan itu. Kita berharap petunjuk-Nya membukakan jalan keluar. Nabi Muhammad diutus untuk memberikan jalan kelur tersebut lewat sunah-sunahnya.
Setelah mengambil jalan keluar yang dibukakan nabi, kita akan segera diantarkan pada penderitaan yang kedua, yaitu penderitaan karena perpisahan. Anda harus melepaskan kehidupan anda yang lama. BUANGLAH KEINGINAN AGAR SEMUANYA TERJADI SEPERTI YANG ANDA KEHENDAKI. Anda harus membenturkan kepala anda yang tidak punya pengertian, yang tidak juga PAHAM-PAHAM DENGAN HIKMAH KEHIDUPAN. Anda harus memukul-mukul dada anda yang tidak punya kesadaran. Tetapi, penderitaan kali ini akan mengantarkan anda ke dalam pelukan Ilahi.
Dalam derita ini, anda akan merasakan kebahagiaan. Seperti seorang ibu yang melahirkan, anda merasakan sakit tetapi juga kebahagiaan karena melahirkan kehidupan yang baru. Inilah tangisan awan yang membuat taman-taman tersenyum. Inilah tangisan bayi yang mengundang ibu datang.
”Maka sesungguhnya bersama kepedihan itu ada kebahagiaan, dan sesungguhnya bersama kepedihan itu ada kebahagiaan.”( QS 94 : 5-6 )
REFORMASI SUFISTIK-JALALUDDIN RAKHMAT
Selasa, Juni 30, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar